Jakarta, InfoPublik – “Terima kasih kepada Pemerintah yang telah membantu rumah kami lebih layak huni, Juga dibantu menjadikan rumah kami sebagai homestay. Kami siap mendukung MotoGP di Mandalika,” ungkap Suriadi.
Suriadi, warga Desa Selong Belanak, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, itu adalah salah satu dari ribuan warga penerima Method Bantuan Stimulan Pembangunan Swadaya (BSPS).
Plan yang juga dikenal dengan bedah rumah itu, diinisiasi Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Tujuannya, adalah mendorong masyarakat bergotong royong meningkatkan kualitas rumah tidak layak huni (RTLH) menjadi layak huni.
Khusus di daerah Kawasan Destinasi Pariwisata Tremendous Prioritas (DPSP) Mandalika, juga di 4 DPSP lain (yakni Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo dan Manado – Likupang) system BSPS diarahkan untuk peningkatan rumah, selain layak huni juga layak sebagai sarana hunian wisata (Sarhunta) alias pondok wisata (homestay).
Seperti halnya Suriadi, ribuan penerima bantuan adalah mereka yang selama ini tinggal di rumah milik, namun kurang layak huni. Mereka umumnya adalah para pekerja casual, berdagang kecil-kecilan atau bertani untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari.
Berkat BSPS, sebanyak 398 hunian di Mandalika telah disulap sebagai homestay. Lokasinya tersebar di Desa Gerupuk dan Kuta serta di sepanjang koridor Sirkuit Mandalika. Pemilik rumah yang semula hanya menjadi “penonton”, kini bisa ikut menikmati kue seiring dengan berkembangnya Mandalika sebagai tujuan utama wisatawan.
Kue dari pertumbuhan pariwisata itu, sudah mereka rasakan sejak 2021, setelah bedah rumah selesai. Penonton di ajang Earth Superbike (WSBK) atau Kejuaraan Dunia Superbike yang digelar di Pertamina Mandalika Global Street Circuit di Lombok, NTB, menjadi tamu mereka.
Seiring dengan membaiknya arus wisatawan ke Mandalika, tingkat hunian pun menjadi lebih besar. Terlebih di masa perhelatan akbar Motorcycle Grand Prix (MotoGP) top quality yang dijadwalkan akan digelar sebanyak 10 kali di sirkuit GP Mandalika.
Balapan motor dengan kecepatan hingga 300 km/jam ini di Mandalika akan digelar 22 Maret 2022 mendatang, namun sejak awal Februari 2022 ini, 24 pembalap yang akan berlaga sudah datang. Mereka akan menjajal alias berlatih di sirkuit yang dibangun Kementerian PUPR tersebut, setelah sebelumnya mereka latihan di sirkuit Sepang, Malaysia. Balapan resmi MotoGP musim 2022 itu sendiri, pertama di digelar di sirkuit Losail, Qatar pada 6 Maret 2022. Lalu berlanjut ke GP Mandalika
Seiring kehadiran para pembalap, sejumlah penikmat ajang balapan pun mulai ikut berdatangan. Para penonton, baik lokal maupun asing inilah yang dinanti para pemilik homestay.
Mencermati perkembangan itu, Kementerian PUPR pun optimis. Sarhunta akan menjadi hunian alternate bagi para pengunjung atau wisatawan di Lombok. Dasarnya adalah okupansi hotel di NTB yang sangat penuh mengingat banyak penggemar MotoGP.
Karena itu, Kementerian PUPR meminta agar Sarhunta yang sudah ada dikelola dengan baik. Ke depan, diharapkan pihak Pemda NTB, ITDC dan sektor swasta melalui CSR, bersama membangun hunian layak bagi masyarakat. Selain bisa mendukung ajang internasional, juga menghidupkan perekonomian masyarakat.
Presiden Joko Widodo yang berkesempatan mengunjungi Sarhunta Dusun Ebangah, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB, Kamis (13/1/2022), pun optimis. “Kita juga ingin agar Mandalika ini tidak hanya urusan balap motor, tetapi juga memberikan efek pertumbuhan ekonomi pada masyarakat. Oleh sebab itu pada beberapa desa di Mandalika telah dibangun homestay dan sekarang siap sekitar 300 homestay,” tutur Presiden.
Kearifan lokal
Konsep pembangunan Sarhunta adalah mendorong kegiatan swadaya masyarakat yang rumahnya tidak layak huni dan fasadnya yang kurang menarik atau rumahnya rawan roboh untuk dibedah secara swadaya. Hasil bedah rumah itu nantinya bisa untuk usaha homestay, workshop, toko, kuliner maupun usaha atau jasa lainnya.
Adapun peran Pemerintah dalam hal ini adalah membantu dengan memberikan bantuan berupa bahan materials dan pendampingan dalam proses pembangunan. Selain itu, untuk membentuk kontinuitas atau kesinambungan ruang community, Pemerintah melakukan penataan lingkungan berupa pembangunan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) perumahan berupa jalan lingkungan dan drainase serta penerangan jalan lingkungan. Adapun fasilitas pendukung lain yang disiapkan berupa penunjuk arah, fasad bangunan dan elemen lanskap.
Untuk itu Kementerian PUPR berkoordinasi dengan sejumlah Kementerian/ Lembaga agar promosi terkait Sarhunta ini bisa lebih luas lagi. Apalagi di dalam Sarhunta juga telah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas penginapan yang baik seperti tempat tidur, lemari pakaian, kamar mandi dalam dan telah mendapatkan sertifikasi dari Kementerian Pariwisata yakni Cleanliness, Health, Basic safety dan Atmosphere Sustainability (CHSE).
Desain renovasi rumah warga menjadi Sarhunta, dimodifikasi lebih modern-day, tetapi tidak meninggalkan kearifan lokal (nearby wisdom). Bangunan homestay di Mandalika mengadopsi arsitektur lokal seperti Bale Lumbung dan Bale Bonter dengan konsep rumah lumbung dan berdasarkan kearifan Suku Sasak. Tujuannya adalah sebagai daya wisatawan domestik maupun mancanegara untuk menginap.
Selain itu dalam proses pelaksanaannya, pekerja dan materials diambil dari wilayah setempat. Selain agar tidak terjadi monopoli, juga ada pemerataan serta guna meningkatkan pendapatan perkapita daerah sekitar Kawasan.
Adapun peningkatan kualitas rumahnya sendiri ada dua yakni perbaikan rumah tanpa fungsi usaha dengan bantuan sebesar Rp35 juta dan perbaikan serta pengembangan rumah senilai Rp115 juta. Meski nilai bantuan ini terlihat kecil, namun dalam pelaksanaannya, ternyata mampu menumbuhkan keswadayaan masyarakat secara berlipat 5 hingga 10 kali.
Itu terlihat dari hasilnya yang sangat memuaskan. Sebagaimana diakui Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Odo R.M Manuhutu “Sarhunta Kementerian PUPR memiliki kualitas yang baik dan quality. Selain itu para wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat serta menikmati keindahan alam Lombok sekaligus mensukseskan ajang WSBK dan MotoGP.”
Yang layak Jadi Penerima
Jauh sebelum bedah rumah Sarhunta dilaksanakan, Kementerian PUPR melakukan berbagai langkah. Diantaranya adalah seleksi calon penerima bantuan BSPS. Sejumlah persyaratan ditetapkan, antara lain para calon penerima bantuan adalah Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah berkeluarga, berpenghasilan maksimal Rp6 juta, menguasai tanah dengan bukti yang sah, memiliki dan menempati rumah yang diusulkan serta berkomitmen mendukung pengembangan pariwisata Indonesia.
Para penerima bantuan juga harus membentuk kelompok, bertanggungjawab secara tanggung renteng, mendukung pariwisata yang ada di daerahnya serta bersedia mengikuti pembinaan pengelolaan usaha pariwisata.
Method Sarhunta di KSPN ini sangat diperlukan sebagai pemenuhan akses bagi masyarakat terhadap rumah sebagai pendukung kegiatan pariwisata. Selain itu juga untuk mengoptimalkan fungsi hunian dan membentuk konektivitas antar bangunan serta penataan lingkungan. (*)
Ilustrasi, bangunan Sarhunta di Mandalika (Dok. Kementerian PUPR)

Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber InfoPublik.id